Perawatan Anthurium
Anthurium relatif mudah dibudidayakan. Punya nilai jual tinggi, dan potensi besar untuk diperdagangkan. Anthurium bisa dikembangkan sepanjang tahun. Dapat dibudidayakan dalam ruangan dengan suhu dan kondisi tertentu.
Untuk tumbuh dangan baik, anthurium membutuhkan suhu sekitar 25-32 derajat celcius pada siang hari, dan 21-24 derajat celcius pada malam hari.
Bila suhu diatas 32 derajat celcius, dapat mengakibatkan daun dan dahannya terbakar, pucat, dan jika kurang beruntung tumbuhan akan mati.
Udara malam yang dingin ( 4-10 derajat celcius), akan menyebabkan lambat berkembang dan munculnya bercak kuning pada daun. Tumbuhan ini tidak cocok pada suhu yang sangat dingin/ beku.
Pot
Anthurium membutuhkan media tanam dan penyiraman yang cukup. Media tanam harus berisi pupuk dan akar pakis. Tanaman muda tidak begitu membutuhkan banyak air, tapi harus cukup lembab. Ukuran pot pun harus sesuai, agar pertumbuhan tanaman tidak terhambat.
Air
Sebelum akar anthurium mengalami kekeringan di sekitar akar, tumbuhan harus disiram lagi. Karena apabila akar terlalu kering akan menyebabkan daun berubah kuning dan pucat.
Cahaya/ Penyinaran
Anthurium indoor harus mendapatkan cukup cahaya matahari. Akan tetapi jangan kena sinar secara langsung.Kekurangan sinar matahari akan mentebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Tumbuhan ini membutuhkan habitat yang lembab. Bila sinar matahari menimpa langsung, agar tidak terbakar bisa anda gunakan paranet 60%.
Pemupukan
Pemupukan menjadi kata kunci untuk harapan anthurium tumbuh pesat dalam wkatu singkat. Anda bisa menggunakan dekastar padat jumlah sesuai besar tumbuhan/ banyak akar. Bisa anda berikan dengan dosis sekali dalam 5 bulan. Dan yang perlu diingat adalah, pemupukan harus diimbangi penyinaran yang cukup.
Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit bisa mengganggu pertumbuhan tanaman. Yang bisa ditemukan diantaranya kupu, belalang, dan ulat. Hama tersebut biasa makan daun muda yang mulai tumbuh. Kadang hanya berlubang, namun kadang daun dimakan hingga habis.
Metode terbaik yang dilakukan untk menghilangkan hambatan-hambatan tersebut adalah mengawasi tanaman dengan baik. Buang ulat, kupu, atau belalang yang menempel sebelum memakan daun. Sabun serangga mungkin bisa digunakan untuk menghalau serangga kecil, namun untuk belalang dan ulat, butuh insektisida YANG LEBIH KUAT.
Langkah yang bisa ditempuh untuk mencegahnya adalah secara periodik menyemprotkan air pada daun.
13. Centrosema pubescens Benth (Centro, butterfly pea,Sentro)
Terna tahunan berkayu ketika usianya lebih dari 18 bulan. Daun terdiri dari 3 anak daun; tiap anak daun berbentuk jorong, bulat telur-memanjang atau bulat telur-lanset, dasar daun membulat, ujung daun meruncing tajam, daun berwarna hijau tua, berbulu. Bunga dapat melakukan fertilisasi sendiri walau belum mekar, besar, berupa tandan yang letaknya di ketiak, tiap tandan terdiri atas 3 – 5 bunga, daun kelopak berbentuk lonceng. Buah kering polong, pipih, ujung buah meruncing, mengandung hingga 20 biji. Biji berbentuk kecil memanjang, berwarna coklat kehitaman.Sentro berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini merupakan salah satu dari jenis legum yang paling luas penyebarannya di kawasan tropis lembab. Sentro diintroduksi ke kawasan Asia Tenggara dari kawasan tropis Amerika di abad ke 19 atau lebih awal. Saat ini Sentro telah dapt tumbuh alami di dataran-dataran rendah di Jawa. Sentro dibudidayakan di daerah tropis-lembab dengan ketinggian hingga 600(—900) m. Tumbuhan ini memerlukan curah hujan tahunan sebesar 1500 mm atau lebih, namun juga toleran terhadap curah hujan yang lebih rendah. Sentro dapat tumbuh pada ladang-ladang rumput di Afrika hanya mengalami curah hujan sebesar 800 mm. Jenis ini tetap dapat tumbuh ketika tempat tumbuhnya tergenang air dan akan bertahan di musim kering yang berlangsung sekitar 3 – 4 bulan, namun tidak untuk masa kekeringan yang lebih panjang. Sentro tidak dapat tumbuh pada daerah bersuhu rendah. Pertumbuhannya akan menurun ketika suhu turun di bawah 20°C dan pertumbuhannya akan menjadi buruk bila suhu turun di bawah 15°C. Sentro merupakan salah satu tanaman polong-polongan yang toleran terhadap naungan dan dapat tetap tumbuh di bawah naungan sebesar 80%. Tumbuhan ini akan tumbuh pada beragam tipe tanah, yaitu dari tanah pasir berhumus hingga tanah liat. Pertumbuhan optimum dapat tercapai bila ditanam pada tanah dengan keasaman relatif, kecukupan aluminium dapat larut yang kurang dari 0.2 meq per 100 g tanah. Kisaran pH yang dapat ditoleransi adalah 4.5—8.0, namun kisaran pH optimum yang dapat mendukung pertumbuhan nodul adalah 5.5—6.0. Meskipun sentro cukup toleran pada kadar Mn di tanah yang tinggi, namun ada keterkaitan antara keracunan Mn dengan tingkat pH rendah pada tanah-tanah asam, maka hal ini dapat diperbaiki dengan memperhatikan batasan kadar Mn dan pH tanah. Sentro dapat tumbuh dengan baik bersama-sama spesies tumbuhan lain di padang-padang rumput atau sebagai penutup tanah pada areal tanaman-tanaman pertanian. Pada daerah tropis lembab, tanaman polong-polongan yang dipilih untuk ditanam baik di tanah-tanah subur maupun kurang subur telah memanfaatkan jasa sentro. Tanah yang kekurangan mineral dapat dipulihkan dengan menginokulasikan benih-benih dengan Bradyrhizobium, dan sentro akan menunjukkan pertumbuhan dan produksi yang baik untuk tumbuh di semua tipe tanahSentro diperbanyak menggunakan biji. Pengerikan biji diperlukan dikarenakan memiliki kulit biji yang keras. Sentro dapat tumbuh baik pada tanah berumput. Kerapatan biji kira-kira 5 kg/ha. Sejak tahun 1950, Sentro telah ditanam sebagai tumbuhan yang cepat menutupi tanah dan untuk pakan ternak di kawasan Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, daerah tropis Australia dan pada daerah tropis lembab. Tumbuhan pioner ini telah berhasil melindungi tanah bekas laharan dari pengaruh hujan dan aliran permukaan, serta banyak memproduksi biomassa dan sumber pupuk organik untuk memperkuat agregat tanah dan menyimpan ketersediaan air. Sentro merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk mereklamasi lahan kritis bekas letusan gunung berapi di Gunung Merapi Jawa Tengah.
14. Clitoria ternatea Linn (Butterfly pea, ordofan pea, blue pea, Asian pigeon-wings ,Bunga biru, bunga telang).
Terna memanjat, melata atau tak beraturan dengan rimpang berkayu. Batang lampai dengan panjang 0.5-3 m, berbulu atau gundul, kadang-kadang pangkalnya agak tegak. Daun menyirip dengan 5-7 helai, berbentuk menjorong, lonjong, lonjong-melanset atau hampir membundar, permukaan daun bagian atasnya gundul, sedangkan permukaan bawahnya berbulu. Bunga di ketiak, tunggal atau berpasangan, berwarna putih atau putih kehijauan seringkali dengan pinggiran biru atau seluruhnya biru seringkali daerah dasar tengah berwarna kuning atau kehijauan, berbulu tebal, tepinya kadang-kadang bersilia. Polong berbentuk memita-lonjong, gundul atau dengan campuran rambut panjang melekap dan rambut yang sangat pendek. Biji berjumlah 8-10, menjorong, lonjong atau lonjong-mengginjal, berwarna hijau zaitun, coklat muda atau coklat kemerahan tua dengan loreng gelap atau hampir gelap. Asal yang sebenarnya tidak diketahui, namun tumbuh meliar di dataran rendah tropika lembab di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kembang telang adalah tumbuhan tropika dataran rendah lembab dan agak lembab, tetapi toleran terhadap musim kering di daerah tropika (dengan curah hujan 500-900 mm). Kacang ini tumbuh di padang rumput, daerah berhutan terbuka, semak, vegetasi sungai, dan tempat-tempat terganggu. Pertumbuhan kembang telang terbaik dibawah sinar matahari penuh. Kebutuhan curah hujan tahunan untuk dapat bertahan mungkin serendah-rendahnya 400 mm, tetapi memerlukan sekitar 1500 mm (atau dengan tambahan irigasi) untuk mendapatkan produksi terbaik. Rentang ketinggian antara 0-1600(-1800) m dan cakupan suhu rata-rata tahunan 19-28 ° C. Kembang telang mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lahan asam hingga basa (pH 5.5-8.9), tetapi menyukai lahan subur dan akan tumbuh dengan kurang baik pada lahan berpasir gersang jika tidak diberi pupuk. Jenis Ini merupakan salah satu kacang polong herba yang dengan baik dapat menyesuaikan diri pada tanah liat tinggi di daerah lembab, sedang, hingga semi-kering tropis dan tumbuh pada padang rumput dengan paduan irigasi, tetapi tidak dapat bertahan dengan penggenangan atau kekeringan tinggi. Perbanyakan kembang telang dengan biji dan tumbuhan ini dapat menyebarkan bijinya sendiri dan tersebar di bawah kondisi-kondisi baik yang dilepaskan dengan penuh kekuatan dari polong kering. Biji juga disebarkan oleh kotoran lembu. Secara normal ditaburkan pada awal sampai pertengahan musim basah dengan kerapatan ( 1-) 3 – 5 kg/ha di atas guludan yang telah disiapkan dengan penempatan biji pada kedalaman 1.5-4 cm. Jumlah biji yang tinggi (5-8 kg/ha) mungkin diperlukan ketika ditaburkan di padang rumput yang kondisinya belum sempurna. Jumlah yang tepat sekitar 10 kg/ha untuk biji yang ditabur pada lahan setelah pembakaran atau padang penggembalaan, tetapi keberhasilan sangat tergantung pada kondisi musim setelah penanaman. Biji yang dipanen dengan tangan sering berbiji keras dan diperlukan perlakukan sebelum penaburan. Perlakuan secara mekanis, air panas, cuka atau belerang dapat digunakan untuk memecahkan dormansi. Biji yang dipanen dengan mesin atau biji yang diirik biasanya dapat langsung ditaburkan pada musim basah berikutnya tanpa diperlukan perlakuan lebih lanjut. Inokulasi kembang telang dengan rhizobium tidaklah diperlukan, tetapi bila diperlukan, dapat digunakan dari inoculum kacang tunggak.Kembang telang telah mempunyai suatu reputasi sebagai tanaman untuk makanan hewan yang potensial, rumput kering atau penutup tanaman. Hal tersebut telah secara ekstensif diuji, terutama di daerah tropika agak lembab hingga ke tropika yang agak kering. Kacang ini belum pernah digunakan di area luas, walaupun digunakan oleh para petani penggarap. Tanaman ini digunakan sebagai penutup perkebunan kelapa dan pada perkebunan karet di Malaysia. Tanaman ini secara luas ditanam sebagai tanaman hias pada pagar dan tralis karena warna bunganya yang biru atau bunga putih sangat mengesankan, dan ditanam juga untuk pewarna dan pengobatan. Kembang telang telah dipertimbangkan suatu makanan hewan yang menjanjikan dan telah dievaluasi di seluruh Australia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan serta Asia Tenggara. Kacang ini mungkin mempunyai aplikasi lebih luas untuk sistem petani penggarap di Asia Tenggara. Ketahanannya terhadap kekeringan dan kemampuannya beradaptasi pada lahan tanah liat berat, dan palatabilitas dan kualitasnya sebagai makanan hewan, disarankan kacang ini dapat digunakan untuk meningkatkan perluasan padang rumput alami di daerah tropika subhumid hingga semi-arid, hal ini akan memberi pengaturan penggembalaan. Clitoria ternatea mengandung finotin, isolasi protein tanaman ini dengan kekayaan biosidal mampu melawan hama serangga, cendawan dan bakteri.
15. Orchidaceae
Suku anggrek-anggrekan atau Orchidaceae merupakan satu suku tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin. Organ-organnya yang cenderung tebal dan “berdaging” (sukulen) membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek epifit dapat hidup dari embun dan udara lembab.
Anggota pentingnya yang dikenal baik manusia adalah anggrek hias serta vanili.Ciri-ciri botani
Anggota suku ini cenderung memiliki organ-organ yang sukulen atau “berdaging”: tebal dengan kandungan air yang tinggi. Dengan demikian ia dapat hidup pada kondisi ketersediaan air yang rendah. Air diperoleh dari hujan, tetesan, embun, atau uap air di udara. Namun demikian, anggrek tidak ditemukan di daerah gurun karena perakarannya tidak intensif. Anggrek menyukai cahaya matahari tetapi tidak langsung sehingga ia biasa ditemukan di alam sebagai tumbuhan lantai hutan atau di bawah naungan. Sebagai tanaman hias, anggrek tahan di dalam ruang.
Akar serabut, tidak dalam. Jenis-jenis epifit yaitu mengembangkan akar sukulen dan melekat pada batang pohon tempatnya tumbuh,namun tidak merugikan pohon inang. Ada pula yang tumbuh geofitis,dengan istilah lain terrestria artinya tumbuh di tanah dengan akar-akar di dalam tanah. Ada pula yang bersifat saprofit, tumbuh pada media daun-daun kering dan kayu-kayu lapuk yang telah membusuk menjadi humus. Pada permukaan akar seringkali ditemukan jamur akar (mikoriza) yang bersimbiosis dengan anggrek.
Batang anggrek beruas-ruas. Anggrek yang hidup di tanah (“anggrek tanah”) batangnya pendek dan cenderung menyerupai umbi. Sementara itu, anggrek epifit batangnya tumbuh baik, seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan. Pertumbuhan batang dapat bersifat “memanjang” (monopodial) atau “melebar” (simpodial), tergantung genusnya.
Daun anggrek biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang pula, khas daun monokotil. Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai penyimpan air.
Bunga anggrek berbentuk khas dan menjadi penciri yang membedakannya dari anggota suku lain. Bunga-bunga anggrek tersusun majemuk, muncul dari tangkai bunga yang memanjang, muncul dari ketiak daun. Bunganya simetri bilateral. Helaian Kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan mahkota bunga (sehingga disebut tepal). Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk semacam “lidah” yang melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa benang sari dan putik. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek dengan dua kepala sari berbentuk cakram kecil (disebut “pollinia”) dan terlindung oleh struktur kecil yang harus dibuka oleh serangga penyerbuk (atau manusia untuk vanili) dan membawa serbuk sari ke mulut putik. Tanpa bantuan organisme penyerbuk, tidak akan terjadi penyerbukan.
Buah anggrek berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering dan terbuka dari samping. Bijinya sangat kecil dan ringan, sehingga mudah terbawa angin. Biji anggrek tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan; bahkan embrionya belum mencapai kematangan sempurna. Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang sesuai dan melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan.
Kekerabatan antar anggrek spesies berdasarkan sifat morfologi tanaman dan bunga Berdasarkan hasil analisis varian untuk karakter tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, perbandingan antara panjang daun dengan lebar daun, jumlah kuntum bunga, panjang tangkai bunga, diameter bunga dan panjang kelopak bunga dari keenambelas anggrek spesies yang diuji menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang nyata.
Tampak bahwa G. scriptum mempunyai panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai bunga nyata paling tinggi diantara keenambelas anggrek spesies yang diuji. Namun demikian, nilai diameter bunga (6,24 cm) spesies ini nyata lebih kecil dari D. stratiotes. Bunga D. stratiotes memiliki diameter yang nyata paling besar diantara spesies yang diuji, yaitu 9,27 cm. Demikian juga jumlah kuntum bunga yang dihasilkan oleh G. scriptum nyata lebih sedikit daripada D. scundum, masing-masing 27,75 dan 50. Hal ini menunjukkan bahwa panjang dan lebar daun yang besar tidak menjamin akan menghasilkan bunga yang besar dan banyak jumlahnya.
Tinggi tanaman D. anosmum memiliki nilai tertinggi, yaitu 118,40 cm, yang nyata berbeda dengan tinggi tanaman ke lima belas anggrek spesies lainnya. Batang anggrek ini berupa pseudobulb atau batang semu yang tumbuh menggantung ke bawah. Hanya pada saat tumbuhnya tunas baru saja, pertumbuhan pseudobulb dari anggrek ini ke arah atas. Pertumbuhan batang selanjutnya menggantung ke arah bawah, seiring dengan bertambah panjangnya pseudobulb.Tanaman anggrek yang terpendek adalah B. lobii (5,00 cm). Berbeda dengan D. anosmum, B. lobii memiliki batang berupa bulb. Nilai tinggi tanaman anggrek jenis ini tidak nyata berbeda dengan D. brachteosum (17,77 cm), D. capra (12,15 cm), D. johannis (34,48 cm), D. macrophyllum (31,12 cm), D. phalaenopsis (20,02 cm), P. amboinensis, P. violaceae, A. miniatum dan G. scriptum.
G. scriptum memiliki daun terpanjang dan terlebar. Lebar daun G. scriptum sama dengan lebar daun P. violaceae, P. amboinensis dan D. macrophyllum. Lebar daun terkecil dimiliki D. capra (1,09 cm) yang sama dengan D. brachteosum (1,56 cm), D. johannis (1,76 cm), D. phalaenopsis (2,36 cm) dan A. miniatum (1,52 cm).
Nilai perbandingan panjang dengan lebar daun terbesar dimiliki oleh V. tricolor, sebesar 10,48; yang tidak berbeda nyata dengan D. capra (9,55). Nilai perbandingan panjang dengan lebar daun terkecil dimiliki oleh D. stratiotes (2,20) yang tidak berbeda nyata dengan D. macrophyllum, D. scundum, D. undulatum, D. veratrifolium, P. amboinensis dan P. violaceae (masing-masing dengan nilai 3,05; 2,75; 2,25; 2,48; 2,73 dan 2,68).
Jumlah kuntum bunga yang terbanyak dimiliki oleh D. scundum (50 buah) dan paling sedikit dimiliki oleh B. lobii (1 buah) yang tidak nyata berbeda dengan D. anosmum, D. brachteosum, D. capra, D. johannis, D. phalaenopsis, D. stratiotes, P. amboinensis, P. violaceae dan A. miniatum. Karakteristik bunga B. lobii terletak pada labellumnya yang dapat bergoyang apabila ditiup angin. Dengan adanya ciri khas bunga yang seperti ini, anggrek B. lobii memiliki sebutan anggrek lidah bergoyang atau kembang goyang. G. scriptum memiliki tangkai bunga yang paling panjang diantara keenam belas anggrek spesies yang diuji, yaitu 92,27 cm. Panjang tangkai bunga terpendek dimiliki oleh anggrek D. anosmum (1,36 cm) yang sama dengan panjang tangkai bunga anggrek D. brachteosum, D. scundum, P. amboinensis, P. violaceae, A. miniatum dan B. lobii.
Diameter bunga anggrek yang paling besar, yaitu 9,27 cm dimiliki oleh D. stratiotes. D. stratiotes ini memiliki mahkota bunga (petala) yang panjang terpelintir tegak ke atas. Besarnya diameter bunga anggrek tersebut sama dengan besarnya diameter bunga D. anosmum. Diameter bunga terkecil dimiliki oleh anggrek D. scundum (0,74 cm). Ukuran diameter anggrek ini paling kecil disebabkan oleh bunga ini tidak dapat membuka atau mekar dengan maksimal. Ukuran bunga yang mini, tersusun sangat rapat, dan dalam satu tangkai bunga terdiri atas kuntum bunga yang banyak, merupakan ciri khas yang membuat D. scundum diberi sebutan sebagai anggrek sikat. Ukuran diameter bunga anggrek ini sama besarnya dengan anggrek A. miniatum (1,13 cm).
Kelopak bunga (sepala) terpanjang dimiliki oleh anggrek B. lobii (6 cm) yang nyata berbeda dengan kelima belas anggrek spesies lainnya. Anggrek ini memiliki sepala dorsale atau kelopak bunga bagian atas tegak, berwarna kuning dan panjang. Sepala paling pendek dimiliki oleh anggrek jenis A. miniatum (0,63 cm) yang sama ukurannya dengan anggrek D. scundum (0,92 cm). Dari keenambelas jenis anggrek yang diuji, hanya ada empat jenis yang mempunyai tipe pertumbuhan batang monopodial, yaitu P. amboinensis, P. violaceae, Vanda tricolor dan A. miniatum. Kedua belas jenis anggrek lainnya tipe pertumbuhan batangnya tergolong simpodial. Dari segi aroma bunga, terdapat keanekaragaman aroma bunga mulai dari tidak beraroma sampai sangat beraroma. Demikian pula dengan warna kehijauan daun, hanya Vanda tricolor yang warna daunnya berbeda dengan kelima belas jenis anggrek lainnya.
Masing-masing jenis memperlihatkan karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan habitat asal diambilnya tanaman anggrek yang bersangkutan. Habitat asal tanaman anggrek memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan anggrek melalui pengaruh sinar matahari, cuaca atau keadaan iklim, suhu udara, kelembaban udara serta tersedianya unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman anggrek untuk mendukung pertumbuhan tanaman anggrek, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas bunga yang dihasilkannya. Meskipun terdapat keragaman karakter dari masing-masing jenis anggrek yang diuji, terdapat pula kesamaan karakter.
Pemanfaatan
Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua. Anggrek bulan adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga nasional Singapura dan Thailand.
Bunga anggrekAnggrek sering dipergunakan sebagai simbol dari rasa cinta, kemewahan, dan keindahan selama berabad-abad. Bangsa Yunani menggunakan anggrek sebagai simbol kejantanan, sementara bangsa Tiongkok pada jaman dahulu kala mempercayai bahwa anggrek sebagai tanaman yang mengeluarkan aroma harum dari tubuh Kaisar Tiongkok.
Pada pertengahan zaman, anggrek mempunyai peran penting dalam pengembangan tehnik pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan. Penggunaannya pun meluas sampai menjadi bahan ramu-ramuan dan bahkan sempat dipercaya sebagai bahan baku utama pembuatan ramuan ramuan cinta pada masa tertentu. Ketika anggrek muncul dalam mimpi seseorang, hal ini dipercaya sebagai simbol representasi dari kebutuhan yang mendalam akan kelembuatan, romantisme, dan kesetiaan dalam suatu hubungan. Akhirnya, pada permulaan abad ke-18, kegiatan mengkoleksi anggrek mulai menjadi kegiatan yang banyak dilakukan di segala penjuru dunia, terutama karena keindahan tanaman ini.
Vanili (Vanilla planifolia) juga merupakan anggota suku anggrek-anggrekan. Tumbuhan ini dimanfaatkan buahnya. Untuk menghasilkan buah, vanili harus “dikawinkan” oleh manusia, karena serangga penyerbuknya tidak mampu hidup di luar daerah asalnya, meskipun sekarang usaha-usaha ke arah pemanfaatan serangga mulai dilakukan.
Jenis-jenis anggrek hias
Penyebutan jenis anggrek hias biasa disebutkan dengan nama genusnya saja karena banyak sekali hibrida antarspesies dan antargenus yang telah dibuat. Akibatnya, penamaan anggrek memiliki semacam aturan khusus yang agak “menyimpang” dari aturan penamaan botani biasa.
Berikut adalah nama-nama genus anggrek hias populer:
Cattleya, bunganya besar dan spektakuler, namun sulit dipelihara
Dendrobium, tanaman hias paling populer dari antara jenis-jenis anggrek
Grammatophylum, anggotanya termasuk anggrek Papua raksasa
Oncidium, termasuk di dalamnya anggrek “golden shower”
Phalaenopsis, kepopulerannya mendekati Dendrobium. Anggrek bulan adalah salah satu jenisnya
Spathyphyllum, anggrek tanah
Vanda, biasanya sebagai bunga potong
16. Suplir (Adiantum pedatum)
Suplir sendiri mempunyai berbagai jenis dan varietas. Meski begitu, suplir yang cukup cantik karena berdaun kecil dan memberi suasana segar itu, agak sulit dipelihara karena membutuhkan lingkungan yang lembab dan udara bersih.
Suplir membutuhkan sedikit cahaya. Karena itu, sebagian tempatnya harus teduh. Jenis tanaman ini juga tidak terlalu banyak membutuhkan air, asal lembab dan tidak basah, tetapi juga tidak kering. Air penyiram sebaiknya air hujan.
Selama musim kemarau, pot perlu dikelilingi dengan mos yang basah – tidak harus dengan air hujan – agar kelembabannya terjaga. Pada awal musim hujan, merupakan musim tumbuh, sebaiknya suplir dipupuk teratur sesudah dipindah ke pot yang lebih sesuai besarnya.
Suplir terhitung tanaman hias kuno. Dalam artian, masa jaya suplir, sekitar tahun 1980-an, sudah lama berlalu. Namun, hingga saat ini masih banyak orang yang tertarik merawat tanaman yang nama Inggrisnya adalah Maidenhair ini. Mungkin suplir tetap disukai karena hijau daun-daunnya bisa “membuat adem” mata dan suasana.
Namun, merawat suplir tidak mudah. Tanaman ini termasuk jenis tanaman hias yang rewel. Segala kerepotan ini akan terbayar lunas ketika suplir mengembang sempurna dengan keelokan hijau daunnya.
Salah satu penyebab utama kegagalan dalam bertanam suplir adalah pilihan media yang digunakan. Jika tidak tepat pertumbuhan suplir akan terhambat, bahkan tak mustahil mati. Ini disebabkan karena akar suplir berupa akar serabut yang lembut. Akar lembut ini sangat peka terhadap kondisi terlalu asam, terlalu kering, atau terlalu lembab.
Media yang baik
Seperti apa media tanam yang baik untuk suplir? Ciri-ciri media yang baik adalah teksturnya poros/remah dan warnanya kehitaman menyerupai kompos. Jika diukur dengan kertas lakmus, dalam kondisi lembab, derajat keasamannya (pH) mencapai 6-7. Jika digenggam, media yang baik akan terasa empuk seperti busa dan jika dilepas akan mengembang kembali seperti sebelum digenggam.
Bahan baku sangat memengaruhi kualitas media tanam suplir. Media yang baik biasanya terbuat dari cincangan batang pakis/kadaka, humus dari tanaman kaliandra, atau humus dari daun bambu.
Untuk menambah kesuburan, pada media bisa ditambahkan pupuk. Berdasarkan pengalaman beberapa penghobi, pupuk yang baik adalah pupuk kandang dari kotoran kelinci atau domba. Jika menambahkan pupuk kandang pastikan bahwa pupuk yang digunakan sudah benar-benar “matang”. Matang di sini maksudnya adalah pupuk kandang tadi sudah disimpan selama lebih dari 1 bulan (idealnya disimpan selama 3-6 bulan) sehingga proses fermentasinya sudah benar-benar sempurna. Bisa juga ditambahkan tanah pegunungan (biasanya dijual di pedagang tanaman hias dengan nama “tanah lembang”), sekam padi (sebagai pengganti pasir, untuk memperoleh tekstur poros/remah), dan kapur dolomit (untuk menaikkan pH, jika perlu).
Media yang buruk
Media yang buruk biasanya diakibatkan oleh kesalahan “meracik” campuran. Berikut adalah contoh media tanam yang buruk berikut cara mengatasinya.
1. Media tanam terlalu padatWarna media tidak kehitaman. Biasanya terjadi karena komposisi tanah liatnya terlalu banyak. Cirinya, jika diremas tidak empuk dan bila dilepaskan tidak kembali mengembang. Media seperti ini bisa mengakibatkan kebusukan pada akar karena mengikat air terlalu banyak sehingga kondisi media terlalu lembab bagi akar suplir.
Untuk memperbaikinya tambahkan pasir/sekam padi, humus, kompos, dan pupuk kandang. Sebelum dicampurkan, bahan-bahan tadi diayak terlebih dahulu. Perbandingan campurannya adalah 6 bagian humus/kompos, 2 bagian pupuk kandang, dan 1 bagian padir/sekam padi. Selanjutnya, aduk campuran ini dengan media yang akan diperbaiki, dengan perbandingan 1 bagian campuran dan 1 bagian media.
Media seperti ini berpotensi menyebabkan tanaman suplir mengalami kekeringan. Sebab, dengan butiran yang tidak saling mengikat dan mudah buyar, air tidak dapat tersimpan dengan baik.
Memperbaikinya adalah dengan cara meningkatkan kepadatannya, tetapi tidak boleh terlalu padat. Campur tanah lembang dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya campurkan ke dalam media dengan perbandingan 1 bagian media dan 1 bagian campuran.
Media tanam semacam ini diakibatkan oleh bahan yang belum selesai mengalami fermentasi. Cara mengetesnya adalah dengan memegang dan membauinya. Jika terasa panas dan baunya tidak sedap, itu tandanya media belum cukup matang.
Mengatasinya mudah saja, matangkan dulu media tersebut. Caranya, masukkan media ke dalam karung dan simpanlah di tempat yang teduh selama lebih kurang satu bulan. Jangan lupa untuk melubangi karung sebagai sarana masuknya udara agar proses fermentasi dapat berlangsung sempurna.
Jika media terlalu asam (pengukuran dengan kertas lakmus menghasilkan angka pH di bawah 6.0) pertumbuhan suplir bisa terhambat bahkan sampai mati karena keracunan unsur Fe, Mg, dan Al.
Untuk mengurangi keasaman media, tambahkanlah kapur dolomit. Namun penambahan ini tidak boleh sekaligus melainkan sedikit-sedikit agar tanaman tidak kaget dengan perubahan pH yang mendadak. Idealnya, kenaikan adalah sebesar 0,5-1,0 per minggu. Tindakan penaikan pH ini bisa diulang setiap minggu sampai diperoleh tingkat keasaman yang ideal/netral (mendekati pH 6,2). Untuk menaikkan pH sebanyak 0,5-1,0 perlu 2 sendok makan kapur dolomit setiap 3 kg media.
Dengan mengetahui mana media yang baik dan mana yang jelek, niscaya kegagalan dalam bertanam suplir dapat dihindari.
Sesuaikan dengan Daerah
Media tanam suplir, juga perlu disesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman. Untuk daerah yang tinggi tingkat penguapannya, disarankan untuk menambahkan tanah liat agak banyak pada komposisi media tanam (namun jangan sampai terlalu padat!). Ini karena, tanah liat lebih kuat mengikat air dan bisa mengurangi penguapan air berlebihan pada media tanam suplir. Dengan demikian, media tanam tidak cepat kering dan akar suplir terhindar dari kekeringan.
Sedangkan di daerah yang rendah penguapannya, sebaiknya hindari menggunakan media yang mengandung tanah liat. Sebab, penggunaan tanah liat bisa menyebabkan media kelewat basah dan ujung-ujungnya akar suplir bisa membusuk. Sebaliknya gunakan media yang poros/remah.
Waktu mengganti media
Mengganti media tanaman suplir dengan yang baru, dilakukan ketika perakaran suplir sudah memenuhi seluruh pot. Tandanya, akar suplir sudah terlihat penuh sesak di dalam pot dan medianya sudah menggumpal dan menempel pada bola akar.
Namun, penggantian media ini juga berpotensi menyebabkan kematian pada suplir. Kunci suksesnya penggantian media ini adalah, menjaga agar akar-akar lembut tanaman suplir tidak rusak ketika dipindahkan dari potnya.
Sebelum dibongkar, sebaiknya tanaman disiram lebih dahulu sampai cukup lembab agar mudah dikeluarkan dari pot. Cara mengeluarkannya, balikkan pot sampai dasar pot ada di atas. Pegang bagian pangkal tanaman suplir agar tidak buyar berserakan. Selanjutnya, lepaskan potnya perlahan-lahan.
Jangan lupa pula untuk segera menyiram suplir yang baru diganti medianya. Jika cuaca sangat panas, siram suplir dua kali sehari.
Tanaman suplir yang baru dibeli jangan langsung diganti medianya. Sebaiknya rawatlah dulu tanaman 1-2 bulan untuk memberikan kesempatan beradaptasi dengan lingkungan barunya, baru diganti medianya atau dipindahkan ke pot yang baru. Jika dirasa pertumbuhannya kurang baik tambahkan saja pupuk kandang.
Penyinaran dan penyiraman
Suplir tak suka matahari langsung, jadi sebaiknya jangan diletakkan di dekat tembok yang berwarna putih karena tembok tersebut memantulkan panas.
Ada trik khusus untuk menyiram suplir. Jangan mengguyur atau menyiarm suplir hingga daunnya basah kuyup karena suplir lebih senang daunnya kering. Cara menyiram yang efektif adalah dengan merendam pot suplir dalam wadah berisi air yang tingginya seperempat dari ketinggian pot, selama 20 menit. Air yang masuk lewat dasar pot sudah cukup melembabkan tanah dan tidak mengganggu daunnya yang membenci air.
Ada trik khusus untuk menyiram suplir. Jangan mengguyur atau menyiarm suplir hingga daunnya basah kuyup karena suplir lebih senang daunnya kering. Cara menyiram yang efektif adalah dengan merendam pot suplir dalam wadah berisi air yang tingginya seperempat dari ketinggian pot, selama 20 menit. Air yang masuk lewat dasar pot sudah cukup melembabkan tanah dan tidak mengganggu daunnya yang membenci air.
Sumber: